Pertemuan antara MIUMI dan Wamenag sore itu dalam rangka mengenalkan MIUMI sebagai lembaga Riset dan Kajian Ilmiah para intelektual dan ulama muda Indonesia kepada Wamenag sebagai ulil amri dalam bidang keumatan.
“Kami bergerak dibidang riset, kajian ilmiah dan keulamaan. Tidak bergerak dibidang politik praktis. Karena itu kami mendukung fatwa ulama” ujar Sekjend MIUMI membuka audiensi dengan Wamenag.
Selain staf, Muhammad Zaitun, MA. (Wahdah Islamiyah), Fahmi Salim, MA. (Wakasekjend MIUMI), Ust. Fadzlan Garamatan (dai kharismatik asal Papua) turut mendampingi Ust. Bachtiar Nasir dalam agenda tersebut.
Mengapresiasi keaneragaman MIUMI ini, Nasarudin Umar menganalogikan keberagaman MIUMI dengan keindahan lukisan. “Lukisan itu tampak indah, justru karena terdiri dari warna-warni. Coba kalau seandainya hanya satu warna, tidak elok” jelasnya beranalogi.
“Saya berharap ke depan MIUMI ini bisa seperti Bhineka Tunggal Ika-nya Indonesia,” tuturnya.
Meyambut kehadiran MIUMI, Wamenag yang juga Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) ini yakin MIUMI akan menjadi besar dan bisa menengahi permasalah umat.
“Saya tidak mau memujilah, tapi melihat tokoh-tokoh Islam yang sudah bergabung bersama MIUMI ini, saya optimis MIUMI nanti akan besar dan saya berharap bisa menjembatani perbedaan-perbedaan di antara ormas atau kelompok-kelompok Islam di tanah air ini” ungkapnya.