Belakangan ini LED (Light Emitting Diode) menjadi booming lantaran LED merupakan solid state of light
yang bakalan menggantikan sumber cahaya lain yang dinilai sudah usang.
Mengapa? Karena LED mempunyai banyak keunggulan daripada sumber cahaya
lain, namun di balik semua keunggulan itu LED juga mempunyai kekurangan.
Keunggulan LED yang paling utama adalah hanya
membutuhkan paling sedikit energi listrik daripada sumber cahaya lain,
dalam hal intensitas cahaya yang dihasilkan. Itu sebabnya LED
diaplikasikan ke peralatan rumah tangga maupun peralatan elektronik yang
lain seperti televisi.
Namun, dalam perkembangannya sekarang ini. Dari
sekian banyak LED yang beredar dari hasil banyak pabrik di luar negeri.
Ada banyak hal yang harus dipikirkan masyarakat awam mengenai LED ini.
Sudah ada pabrik besar yang memproduksi lampu
LED, tapi harganya selangit. Memang untuk investasi lampu LED yang mahal
itu lebih murah dilihat dari segi kualitas lampu, masa pemakaian lampu,
dan pemangkasan biaya tagihan listrik. Namun dari segi intensitas
cahaya belum tentu dapat memenuhi keinginan konsumen yang kebanyakan
masih mengacu dengan terang lampu Compact Fluorescent Lamp (CFL) yang sudah banyak dipakai dan beredar di pasaran.
Perlu diketahui bahwa tidak semua LED itu cocok
untuk semua aplikasi. Jadi ada banyak varian yang diperuntukan untuk
masing-masing aplikasi tertentu, seperti halnya LED yang dipakai untuk
televisi kemungkinan masih bisa dipakai untuk telepon seluler, tapi
tidak untuk dipakai dalam aplikasi lampu penerangan jalan.
LED itu adalah nama komponen elektronik, sedangkan LED lamp
(lampu LED) itu adalah salah satu produk jadi dari sekian banyak produk
LED seperti televisi maupun telepon seluler. Dalam satu lampu LED bisa
saja terdiri lebih dari satu komponen LED, hal ini semata-mata hanya
untuk menambah intensitas cahaya yang dihasilkan dari lampu LED
tersebut.
Lampu LED pada umumnya adalah tipe downlight (cahayanya mengarah ke bawah) seperti halnya lampu etalase di toko-toko perhiasan, jam tangan, maupun toko-toko lainnya. Hal
ini dikarenakan keunggulan dan kekurangan LED itu sendiri, dimana LED
diproduksi dan didesain mengeluarkan cahaya yang bersinar terang pada
sudut tertentu dari LED tersebut, jadi tidak lagi diperlukan reflector
(rumah lampu pijar untuk mengarahkan dan memperkuat intensitas sinar
yang dihasilkan lampu pijar).
Untuk memahami karakteristik LED, Anda harus
mengerti bagaimana dioda itu bekerja, karena LED adalah varian dari
komponen dioda. Dalam tulisan ini saya tidak akan menjelaskan
karakteristik dioda secara detail seperti halnya dalam mata pelajaran
Fisika maupun mata kuliah Elektronika Dasar.
Dioda biasanya digunakan untuk menyearahkan arus bolak-balik (AC: alternating current) menjadi arus searah (DC: direct current).
LED akan menyala apabila ada arus yang mengalir melewatinya, berarti
LED juga dapat digunakan dalam tegangan AC, hanya saja juga ikut
berkedip dan berhubung mata kita tidak dapat melihatnya maka terlihat
menyala terus, karena tegangan AC yang kita pakai adalah 50 Hz (Hertz;
artinya 50 kali hidup-mati dalam waktu 1 detik).
Nah, dalam realitanya, LED tidak dapat langsung
digunakan seperti halnya lampu pijar yang dapat langsung digunakan
memakai tegangan AC 220 Volts yang biasanya dihasilkan oleh PLN dan
dialirkan ke semua rumah maupun kantor. Hal ini juga berbeda tiap
negara, di negara kita besarnya adalah 220 Volts.
Seperti halnya peralatan elektronika yang lain,
untuk memakai LED tegangan harus diturunkan terlebih dahulu dan lebih
baik diubah menjadi tegangan DC. Setahu saya, tidak ada LED yang memakai
tegangan hingga 220 V, meskipun ada juga High Power LED yang memakai
tegangan hingga 40 V. Ada banyak cara menurunkan dan mengubah tegangan
AC menjadi DC, yaitu Power Supply (kita biasa mengenal dengan nama adaptor).
Power Supply biasanya memakai transformator (trafo) dan rangkaian elektronik penyearah, namun ada juga yang tidak memakai transformator (Transformatorless Power Supply), seperti halnya charger telepon seluler yang bertipe Switching Power Supply (memakai IC Power),
dan ada juga yang hanya memakai rangkaian paralel antara resistor dan
kapasitor kemudian langsung terhubung rangkaian elektronik yang lain
seperti LED.
Saya tidak men-judge, tapi dari segi elektronika tidak dianjurkan memakai secara langsung dari power grid
(listrik dari PLN) dengan rangkaian elektronik yang kita gunakan,
terlebih lagi apabila akan digunakan dalam waktu yang lama setiap
harinya; karena ada resiko kebakaran dan seseorang dapat tersengat arus
listrik yang besar. Switching Power Supply masih layak digunakan apabila
komponen yang digunakan juga baik kualitasnya, namun tidak halnya
dengan rangkaian paralel resistor dan kapasitor.
Kebanyakan lampu LED yang murah (lebih murah
daripada lampu LED pabrik terkenal, namun tetap saja mahal dibandingkan
CFL) biasanya made in China dengan menggunakan LED yang made in China juga. Sekali lagi saya tidak men-judge
sama rata, hanya saja biasanya lampu LED menggunakan rangkaian paralel
resistor dan kapasitor untuk dialirkan ke LED yang ada pada lampu LED,
dan biasanya juga LED yang digunakan adalah LED dengan kualitas yang
kurang bagus.
Untuk memberikan penilaian kualitas sebuah
lampu LED, kita tidak dapat hanya memberikan penilaian berdasarkan sinar
yang dihasilkannya pada saat kita ingin membelinya. LED juga punya masa
pakai, yang bagus biasanya 50 ribu jam lebih, bahkan 100 ribu jam;
tentunya hal ini sesuatu hal yang tidak mungkin kita buktikan saat kita
ingin membelinya, tapi saat kita sudah membeli dan mencoba memakainya
sendiri. Secara teori, LED yang baik adalah LED yang dapat menghasilkan
intensitas sinar yang sama selama masa pakai yang lama pula (minimal 50
ribu jam pemakaian).
Instalasi untuk penggunaan lampu LED dari segi
desain tidak sama dengan lampu CFL. Lampu LED lebih cenderung artistik,
tidak seperti halnya di kebanyakan rumah hanya menggunakan satu titik
lampu CFL untuk menerangi satu ruangan. Jika saya boleh jujur,
penggunaan penerangan satu titik lampu untuk satu ruangan adalah sesuatu
yang kurang bagus.
Mengapa? Karena sudut ruangan yang jauh dari sumber
penerangan akan terlihat gelap dan daerah yang dekat dengan sumber
penerangan akan terlihat terang sekali. Kemudian biasanya juga, kita
akan mengambil solusi menambah jumlah Watt lampu yang digunakan, dan hal
ini berarti pemborosan; lihat saja tagihan listrik bulan depan. Di
sinilah keunggulan lampu LED, bisa digunakan di banyak titik dalam satu
ruangan dan seluruh ruangan mendapatkan cahaya yang lebih rata. Ini juga
yang menyebabkan banyak orang berpendapat lampu LED kurang terang
dibandingkan lampu CFL, karena mereka masih mengikuti pemikiran
penerangan ruangan memakai dasar seperti pemasangan lampu CFL. Hal ini
juga yang menyebabkan banyak pihak lebih suka untuk memasang lampu LED
pada bangunan baru daripada bangunan lama, karena untuk memakai lampu
LED harus menata kembali titik-titik lampu (fitting listrik untuk lampu) pada ruangan tersebut.
Kekurangan LED yang lain adalah untuk pemakaian LED 1 Watt ke atas (High Power LED), dibutuhkan heat sink
sebagai pendingin, karena High Power LED mengeluarkan panas yang harus
dialihkan dan dibuang agar tidak merusak LED itu sendiri. Biasanya kita
dapat melihat pada casing lampu LED produksi pabrik-pabrik yang menggunakan kisi-kisi aluminium pada casing-nya, ini digunakan untuk membuang panas LED yang digunakan pada lampu LED tersebut.
Bagaimana kita dapat mulai mengadopsi
penggunaan LED dalam kehidupan sehari-hari? Hal ini tentunya berhubungan
dengan keadaan finansial kita masing-masing. Apabila dana kita
terbatas, kita dapat memulainya dengan memodifikasi atau mengganti
lampu-lampu yang relatif lebih kecil dan jarang digunakan dengan lampu
LED, seperti lampu duduk meja belajar, lampu penerangan malam hari
sewaktu seluruh orang tidur (biasanya tidak terlalu terang), lampu
taman, lampu penerangan teras, atau bahkan lampu darurat (emergency lamp) dan lampu senter (torch).
Dari pengalaman saya, saya sudah memakai lampu LED Philips
yang saya beli dari nitip temen di USA dan hasilnya kurang memuaskan
dan memakai tegangan AC 110 Volts; mahal pula (sekitar US$35 per bulb).
Untuk itu saya kemudian memutuskan untuk mencoba sendiri mencari jalan
tengah, tidak terlalu mahal dan memang tidak terlalu murah (LED masih
import) namun saya dapat memakainya dalam kehidupan sehari-hari.
Saya pribadi mulai mengadopsi LED dengan
memodifikasi lampu duduk meja belajar yang kebetulan waktu itu lampunya
sudah habis masa pakai; daripada beli lagi, mendingan saya modifikasi
dengan LED. Kemudian akhirnya lampu malam, lampu-lampu di rumah, hingga
akhirnya lampu garasi dan teras rumah. Yang terakhir, saya memakai LED
untuk sepeda motor dan mobil. Hei, tagihan listrikku jadi turun; bisa
main komputer sampe malam, pakai mesin cuci lebih sering, dll. Lampu
depan sepeda motor jadi lebih terang dan klaksonnya (saya pakai klakson
mobil) jadi lebih nyaring, begitu juga dengan mobilku. He..he..he… :)
Masih ada hubungannya dengan LED, waktu saya
membeli LED dari luar negeri jadi mahal sekali dibandingkan harga jual
ritel lokal. Padahal semestinya hanya terkena bea masuk (BM) 10% tanpa PPN, akan tetapi karena petugas bea cukainya sengaja atau tidak sengaja, hingga akhirnya LED yang saya beli dari luar negeri terkena BM 5% dan PPN 10%. Saran saya, seharusnya petugas bea cukai lebih mengerti dan memahami Harmonized System (HS) yang digunakan untuk klasifikasi barang import, dan sebaiknya LED tidak dikenakan BM karena semakin banyak yang memakai LED, berarti semakin kurang juga penggunaan listrik nasional.
Semoga hal ini bermanfaat bagi Anda semua.
Sumber : Kompasiana.com